Selasa, 28 Juni 2011

Tuah Gaib Pemandian Putri Hijau

Catatan : Abah Rahman

PEMANDIAN Pancur Gading di Kampung Pamah, Deli Tua. Ada banyak sensasi yang dirasa ketika bercengkrama dengan alam di tempat itu. Kecipak air, gemerisik daun bambu, dan sesekali tercium aroma hio berasal dari tempat bekas pemandian sang putri. Ada apa gerangan ?

Tak lah terlalu sulit untuk menggapainya. Begitu sampai di Pajak Deli Tua, sebelum kantor Polsek kita belok kanan, terus cari namanya Gang Bunga dan masuklah ke dalam. Trus ada jembatan, begitu kita lewati, beloklah ke kiri. Di sana kita jumpai sebuah perkampungan orang Karo. Mereka ramah – ramah pada orang yang datang. Terlihat dari sunggingan senyum yang mereka persembahkan ketika saya menuju tempat itu. Sebenarnya, ada yang lucu ketika melewati sebuah warung di samping jembatan. Sekitar 200 meter masuk ke dalam, saya sempat ‘jiper’ juga. Rimbunan pepohonan dan kesunyian begitu mencekam. Kian masuk ke dalam kian menyeramkan. Serasa ada yang tak beres, saya balik kanan dan menjumpai orang di warung itu untuk ditemani ke tempat pemandian. Mana tahu entah terjadi apa-apa ada yang menyaksikan, begitulah pikiran saya saat itu.

“Jangan takut dekku, amannya disini, kereta pun tak ada yang hilang. Adanya kantin dekat situ, masuk sajalah,” ujar seorang pria di warung dekat jembatan itu. Mereka tertawa melihat muka saya, mungkin saja sudah pucat saat itu. Udah kepalang tanggung, saya pun menerobos masuk. Melewati rimbunan pohon bambu, pisang, persawahan. Jalanan yang meliuk-liuk mendaki bukit haruslah ekstra hati-hati kalau tidak bisa saja nyemplung ke sawah. Benar saja apa yang dikatakan warga di warung tadi. Di atas memang ada warung dan tempat pemandian.

Seorang pria bermarga Sitepu yang bertugas di pemandian menyambut saya dengan penuh kekeluargaan. Saat itu ada dua pria yang lagi mandi. Aman dan Umar namanya. Kedatangan mereka memang punya maksud tertentu. Seperti Umar misalnya, ia mengunjungi tempat ini untuk menghilang penyakitnya.

Ceritanya, sebulan lalu ia dihinggapi penyakit gatal – gatal di sekitar kelaminnya. Amat menganggu. Atas anjuran seorang teman ia pun mandi di tempat itu. Dan ia merasakan kesembuhan.

“Semuanya khan atas izin Allah SWT, satu kali saja saya mandi di tempat ini, gatal-gatal itu pun hilang. Setelah itu saya pun sering mandi kemari. Rasanya sejuk dan segar,” katanya mengisahkan pengalaman gaibnya. Lain lagi dengan Riki, warga Tiga Juhar, Deli Serdang yang selalu berkunjung ke tempat itu. Ia mengaku dulunya ia sempat termakan ramuan kotor. Atas saran orang pintar yang menanganinya, ia pun dianjurkan mandi di tempat itu. Dan lagi-lagi, kesembuhan itu dirasakannya setelah kunjungannya keenam kali.

Sementara Aman mengamini kesaksian Riki dan Umar. Walau hanya membasuh wajah dan tangannya ia merasakan kesegaran alami. Didorong oleh rasa ingin tahu, saya pun mencoba membasuh wajah dengan air mancur pancur gading itu. Wah, memang tak terbantahkan. Semacam ada energi lain bersama turunnya air mancur itu. Bahkan saya sempat berguman, kesegarannya melebihi air minuman suplemen. Itulah beberapa sensasi yang saya rasakan ditempat pemandian ini. Airnya memang benar-benar membawa kesegaran.

Selain itu, nuansa magis amat terasa. Apalagi di berbagai sisi pemandian hio dibakar. Aromanya begitu menyengat. Ditambah lagi beberapa aroma bunga yang berada di altar persembahan. Seperti pengakuanRiki. Adalah sebuah kebiasaan ketika ingin mandi ditempat itu. Pengunjung biasa mempersempahkan bunga-bungaan dan aneka macam sesaji lain untuk penghuni gaib di tempat itu. “Seperti bentuk penghormatan sebelum mandi, agar kita dapat berkah,” ujarnya menerangkan.

Tak hanya bunga-bungaan dan aroma hio yang menyengat. Ada misteri lain yang tersimpan di pemandian ini. Tentang makna warna-warna ikan di telaga sumber air pancur gading ini. Penuturan Aman, sebelum mandi kita perhatikan dulu warna ikannya. Apabila sebelum mandi kita melihat warnanya gelap itu tandanya kita lagi banyak dirundung masalah. Setelah mandi kalau kita melihat warnanya sama berarti masalah itu masih ada dengan diri kita dan belum terkikis. Untuk itu, kita harus mandi lagi. Apabila warna ikan itu berubah jadi warna kuning keemasan. Berarti penyakit dan tujuan kita akan gilang gemilang. Begitulah pengakuan tiga pria ini. Aman, Umar dan Riki. Mereka mengaku banyak orang yang mandi di air pancuran ini sebagai sarana untuk menghilangkan penyakit, menyegarkan badan, membuang sial dan berbagai macam hajat lainnya.

“Semuanya terjadi atas izin Tuhan, dan saya mengatakan salah satu jalannya ada disini untuk berusaha sembuh,” ujar Riki.

Putri Hijau memang sebuah legenda dari tanah Deli, bahkan ada banyak versi cerita mengenainya. Yang jelas, kita ambil saja hikmahnya dari cerita ini. Dan yang terpenting tetaplah kita berkeyakinan bahwa Tuhanlah di atas segala-galanya. (*)

Sumber: http://abahrahman.com/?open=view&newsid=311

Tidak ada komentar: