Oleh : Dr. Agus Priyatno, M.Sn
Pameran bertajuk "Rupa-Rupa Seni Rupa" memajang 27 lukisan karya pelukis Medan dan sekitarnya. Pameran diselenggarakan 28 Mei-1 Juni 2011 di Taman Budaya Sumatera Utara Medan, Kegiatan ini disponsori oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumatera Utara. Peserta pameran,
sejumlah pelukis profesional. Mereka yaitu Alwan Sanrio, Achy Askwana, Bambang Triyogo, Farida Lisa Purba, Hidayat, Togu Sinambela, Panji Sutrisno, Wan Saad, Winarto Kartupat, dan Jonson Pasaribu.
Secara teknis karya yang dipamerkan berkualitas, tema-tema yang disampaikan juga cukup menarik. Panji Sutrisno memamerkan sejumlah lukisan realis bertema kehidupan nelayan Pantai Belawan. Tema-tema lukisan yang ditekuni selama ini, dikarenakan pelukis realis ini sangat akrab dengan kehidupan para nelayan, suatu daerah yang sangat dekat dengan kehidupannya. Tema-tema lukisannya selalu mengangkat hal-hal yang ada di sekitar hidupnya. Panji Sutrisno tampak realistis dalam berkesenian, seperti lukisannya yang realistik. Dia tidak ingin menciptakan karya yang di luar realitas hidup.
Bambang Triyogo menampilkan keindahan bunga dan binatang peliharaan, seperti sepasang ayam dengan anak-anaknya. Karya-karyanya menunjukkan kualitas teknis akademis, meskipun dia belajar melukis secara otodidak. Tema-tema lukisan yang disampaikan melalui lukisan-lukisannya antara lain keindahan pemandangan, bunga, alam benda dan aktivitas hidup manusia, seperti petani menanam padi yang dia saksikan di sekitar lingkungan hidupnya. Tidak jauh berbeda dengan karya Bambang Triyogo, pelukis Wan Saad. Karya-karyanya banyak mengungkapkan keindahan flora dan fauna.
Alwan Sanrio dan Hidayat, pelukis muda yang sudah menunjukkan kualitas teknis melukis bagus. Kemampuan melukiskan figur manusia sangat mendukung tema-tema realisme yang disampaikan. Kedua pelukis ini meskipun belajar melukis secara otodidak, tidak melalui pendidikan formal dari perguruan tinggi seni, mampu menguasai teknik melukis akademis. Mereka memahami teknik pewarnaan, komposisi dan membuat pusat perhatian lukisan. Mereka juga menguasai teknik melukis efektif dan efisien. Mereka belajar dari pengalaman sendiri dan juga dari para pelukis yang lebih senior dan mapan di lingkungan Sanggar Rowo, Sindar, dan Payung Teduh. Kedua pelukis mempunyai keunggulan melukiskan wajah manusia secara tepat dengan warna menarik.
Winarto Kartupat menampilkan sejumlah karya seni rupa dengan media pasir. Karya-karyanya barangkali sulit untuk dikategorikan sebagai lukisan, lebih tepat kalau dikategorikan sebagai karya senirupa dua dimensi. Tekstur nyata dan unsur relief menjadi aspek utama pada karya-karyanya. Unsur warna cenderung monokrom namun secara keseluruhan justru menjadi daya tarik setiap karya yang diciptakannya. Komposisi geometrik dan kaligrafi Arab digabungkan menjadi karya seni unik dan menawan. Figur-figur binatang kadang juga muncul, seperti kupu-kupu, cicak dan ikan.
Jonson Pasaribu dan Togu Sinambela selama ini cenderung melukis surealis. Lukisan yang ditampilkan cukup unik. Karya Jonson berjudul "To Love You More" berupa bentuk hati dengan tulisan-tulisan tentang cinta di permukaannya. Karya Togu berupa wanita duduk dengan latarbelakang pegunungan, mengesankan kedamaian sekaligus kesepian. Karya mereka secara teknik kuat.
Farida Lisa Purba melukiskan tanaman dan bebatuan, objek yang ada disekitar kehidupan kita. Lukisannya cenderung naturalis. Kemampuan teknisnya cukup bagus. Pelukis Achy Askwana yang juga berprofesi sebagai guru senirupa di SMA Negeri Delitua menampilkan lukisan abstrak. Karyanya berupa komposisi bidang bersilang dengan dominasi warna biru dan ungu.
Pameran Sepi Pengunjung
Pameran "Rupa-Rupa Seni Rupa" meskipun menampilkan karya-karya menarik dari para seniman profesional Medan dan sekitarnya, tidak banyak dikunjungi dan disaksikan oleh masyarakat di daerah ini. Pameran semarak pada saat pembukaan, selebihnya lengang tidak banyak dikunjungi orang. Kondisi ini selalu terjadi dalam pameran senirupa yang diselenggarakan oleh Taman Budaya Sumatara Utara. Padahal pameran ini bisa menjadi sarana rekreasi bagi pengunjung dan dimanfaatkan untuk tujuan pariwisata.
Keterbatasan publikasi dan kondisi ruang pameran yang kurang representatif barangkali menjadi sebab tidak banyaknya pengunjung di pameran ini. Publikasi sangat terbatas menyebabkan tidak banyak masyarakat yang tahu adanya pameran ini. Ruang pameran kurang representatif menyebabkan masyarakat yang sudah tahu adanya pameran enggan berkunjung, karena ruang pameran dianggap kurang nyaman dan menyenangkan untuk dikunjungi.
Tidak ada salahnya TBSU Medan membuat publikasi di radio atau media cetak setiap kali menyelenggarakan pameran. Selain itu juga memperluas dan memperbaiki gedung pameran supaya lebih menarik dan menarik minat pengunjung. Hal ini dapat meningkatkan jumlah pengunjung ke pameran.
Pelukis sudah berkarya dengan baik, lukisan yang mereka ciptakan juga menunjukkan kualitas terbaik. Sangat disayangkan jika pameran diselenggarakan sekedar formalitas memenuhi agenda kegiatan tahunan, tidak diupayakan sebagai kegiatan yang berdampak luas dan menarik kunjungan masyarakat banyak.
Katalog Kurang Menarik
Selama ini katalog pameran masih dianggap sebagai pelengkap pameran yang tidak dianggap penting. Padahal katalog pameran memiliki peranan sebagai sarana promosi dan dokumentasi. Katalog pameran juga menaikkan citra dan gengsi lukisan serta pelukisnya jika dicetak bagus. Sangat disayangkan, katalog pameran "Rupa-Rupa Seni Rupa" tidak dicetak memenuhi katalog pameran yang baik. Katalog pameran dicetak berukuran buku saku, tidak ada data karya dan biodata pelukis yang lengkap, terkesan data dimuat sekadarnya. Pemuatan peserta pameran dan karyanya dalam katalog juga tidak diurutkan secara alfabetikal. Hal ini menyulitkan pelacakan terhadap data peserta.
Katalog sebagai ujung tombak promosi pameran sekaligus sebagai dokumentasi, untuk memperkenalkan lukisan sekaligus pelukisnya. Katalog pameran memuat data karya dan pelukis secara alfabetik. Katalog pameran merupakan dokumen berharga bagi pelukis, akademisi dan masyarakat. Bagi pelukis, katalog yang baik mengangkat citra berkesenian mereka juga karya mereka. Katalog juga dapat menjadi kenangan pameran seumur hidup. Bisa dibayangkan, jika katalog pameran sangat sederhana berupa fotokopi buram, alangkah buruknya citra pameran. Bagi akademisi, katalog pameran menyimpan dokumen yang penting sebagai bahan penelitian. Bagi masyarakat, katalog pameran memberikan informasi yang mudah dimengerti dan dipahami tentang suatu aktivitas seni. Katalog yang baik dapat disimpan di perpustakaan karena menyimpan data-data karya seni para seniman profesional. Kelak dapat berguna bagi suatu penelitan lintas bidang.
Mengacu pada standard cetak majalah ilmiah internasional, maka standard katalog yang baik memenuhi beberapa hal. Standard katalog yang baik, dicetak pada kertas berukuran A4, berat 80 gram. Halaman muka dicetak dengan kertas tebal berwarna. Setiap halaman memuat foto karya (berwarna) disertai data karya seperti tahun pembuatan, judul, bahan, ukuran dan nama pelukis penciptanya. Selain itu terdapat konsep penciptaan setiap pelukis, ada pendapat pelukis yang mewakili peserta pameran, ada pengantar dari penyelenggara pameran dan ada uraian tentang tema pameran dari kurator. Karya peserta pameran pada katalog dimuat berurutan secara alfabetikal berdasarkan nama pelukisnya. Pemuatan nama peserta dan karyanya dibuat berurutan secara alfabetikal sangat penting, karena mempermudah pelacakan data jika diperlukan dalam penelitian. Katalog pameran "Rupa-Rupa Seni Rupa" tidak menarik, tidak berkualitas, sehingga penyelenggaraan pameran menjadi terasa kurang profesional dan asal-asalan.
Idealnya Sebuah Pameran
Pameran lukisan yang ideal diselenggarakan secara baik dengan mempertimbangkan beberapa aspek manajerial. Hal ini meliputi aspek pemilihan karya sesuai dengan tema pameran, aspek publikasi, seremoni dan aspek dokumentasi. Aspek-aspek ini biasanya dikenal dengan istilah aspek kuratorial dalam pameran senirupa.
Manajemen seleksi atau pemilihan karya untuk memastikan, karya yang dipamerkan sesuai tema pameran. Selain itu juga memastikan, karya yang dipamerkan berkualitas dan menarik bagi masyarakat, hal ini sudah dipenuhi oleh para pelukis dalam pameran "Rupa-Rupa Seni Rupa". Publikasi luas dalam jangka waktu tertentu melalui televisi, radio dan media cetak. Hal ini belum dilakukan dalam pameran yang diselenggarakan oleh TBSU Medan. Publlikasi sangat terbatas menyebabkan masyarakat kurang mengenal kegiatan pameran.
Idealnya sebuah pameran seni rupa mencetak katalog berkualitas dalam jumlah memadai, hal ini juga tidak dilakukan dalam pameran ini. Adanya katalog bagus dicetak dalam jumlah banyak, minimal 1.000 eksemplar, memberi banyak dampak bagi sebuah pameran. Katalog menjadi bukti dokumentasi aktivitas pameran sekaligus meningkatkan citra pameran.
Semakin banyak katalog semakin banyak masyarakat yang bisa mengakses informasi pameran. Selain itu, pameran dapat dijadikan agenda pariwisata. Wisatawan lokal maupun mancanegara diarahkan untuk mengunjungi pameran. Semoga ke depan pameran lukisan di TBSU Medan bisa diselenggarakan lebih profesional dan tujuan pameran tercapai. Pameran lukisan bukan sekedar memajang lukisan pada sebuah dinding.
Penulis; dosen pendidikan seni rupa FBS Unimed
Sumber: analisadaily
Tidak ada komentar:
Posting Komentar