Sabtu, 08 Januari 2011

Delitua, Banjir!

Lubukpakam, (Analisa)

Ribuan rumah warga di lima kecamatan di Kabupaten Deliserdang tergenang air hingga mencapai ketinggian empat meter. Banjir akibat hujan lebat yang turun sejak Rabu (5/1) sore hingga Kamis (6/1) dinihari.

Banjir terparah melanda lima desa di Kecamatan Sunggal yaitu Desa Tanjungselamat, Desa Lalang, Desa Payageli, Desa Tanjunggusta dan Desa Sunggal kanan sedang empat kecamatan lain yang dilanda banjir adalah Kecamatan Namorambe, Hamparanperak, Delitua dan Sibirubiru.

Banjir juga menimbulkan longsor di 11 titik di jalan menuju Desa Sarilaba Kecamatan Sibirubiru yang mengakibatkan dua rumah warga tertimbun tanah longsor namun tidak ada korban jiwa.

Camat Sunggal Drs Sariguna Tanjung, MSi saat dihubungi, Kamis (6/1) mengatakan 250 unit rumah di komplek Perumahan Flamboyan Desa Tanjung Selamat yang 50 unit telah ada penghuninya terendam air hingga mencapai ketinggian empat meter akibat tanggul yang ada di kawasan itu jebol.

Sedang di Desa Lalang tercatat 1545 rumah,di Desa Payageli 840 rumah, di Desa Tanjung Gusta 520 rumah dan di Desa Sunggalkanan 23 rumah terendam air.

Begitu mengetahui terjadinya banjir,pihak kecamatan dan instansi terkait langsung melakukan pemantauan sekaligus membangun Posko Kesehatan dan dapur umum serta memberi bantuan kepada warga korban banjir.

Sementara warga yang rumahnya kebanjiran terlihat sibuk mengamankan harta bendanya dan mengungsi ke lokasi yang lebih tinggi maupun ke rumah famili terdekat.

Bupati Deliserdang Drs H Amri Tambunan begitu mendapat laporan banjir di lima kecamatan itu langsung memerintahkan Kadis Sosial Drs Josia Gurusinga untuk melakukan pendataan sekaligus mempersiapkan penyaluran bantuan untuk korban banjir.

Kadis Sosial Drs Josia Gurusinga saat dikonfirmasi mengatakan bantuan yang disalurkan kepada korban banjir berupa beras, mie instan dan bahan makanan lainnya.

Sementara Asisten II Setdakab Drs Agus MSi juga melakukan peninjauan ke lokasi bencana banjir sekaligus mendata jumlah korban banjir.

Khawatir

Meski banjir sudah surut, namun tidak sedikit penduduk di sekitar bantaran Sungai Belawan dan Sungai Krio di Desa Paya Geli dan Sunggal Kanan Kecamatan Sunggal, Deli Serdang, mengaku cemas akan datangnya banjir bandang susulan.

Kekhawatiran ini dipicu oleh mendung yang menggelayuti Kota Medan dan sekitarnya, terutama sepanjang Kamis (6/1) sore.

Mereka khawatir hujan kembali mengguyur hulu sungai sehingga bisa menimbulkan banjir bandang seperti yang terjadi sepanjang kemarin dinihari hingga siang.

Beberapa warga yang dihubungi Analisa secara terpisah, kemarin, menyatakan, meski hujan juga turun di wilayah mereka, termasuk Medan dan sekitarnya, tetapi ini dianggap bukan penyebab utama terjadinya banjir kemarin.

Mereka meyakini, banjir yang terjadi kemarin lebih disebabkan hujan yang turun di bagian hulu sungai sepanjang Rabu (5/1) sore hingga Kamis malam. Keyakinan ini juga berdasarkan pengalaman selama ini. Tidak jarang baik Sungai Belawan maupun Sungai Krio meluap akibat hujan di hulu sungai.

Kemarin siang, banjir yang melanda beberapa desa di Kecamatan Sunggal, Deli Serdang, sudah surut. Meski masih tampak tinggi, tapi permukaan air Sungai Belawan dan Sungai Krio sudah di bawah bibir sungai.

Ratusan korban banjir di Paya Geli dan Sunggal Kanan Kecamatan Sunggal, Deli Serdang, sampai kemarin petang masih terlihat membersihkan rumah masing-masing dari air dan lumpur sisa banjir. Sebagian harta benda, terutama perkakas dapur, tempat tidur dan kasur masih terlihat di luar.

Selain itu, sebagian penduduk Paya Geli, juga mendirikan dapur umum di sekitar perumahan Lalang Greenland. Sementara penduduk Desa Sunggal Kanan membuka posko korban banjir. Mereka juga meminta sumbangan kepada masyarakat yang melintas di Jalan Sunggal Kanan.

Berdasarkan pantauan, wilayah paling luas dihantam banjir bandang adalah Desa Paya Geli. Di desa ini, ratusan rumah penduduk terendam banjir antara setengah hingga satu meter. Pemukiman penduduk ini berada di bantaran antara dua sungai, yakni Sungai Belawan dan Sungai Krio.

Sementara, kerusakan lebih berat menimpa pemukiman di bantaran Sungai Belawan di Sunggal Medan. Beberapa bangunan, seperti lokasi hiburan yang dibangun dari atap nipah dan bahan kayu, hanyut dibawa banjir. Sebagian pagar lokasi hiburan yang terbuat dari beton juga tumbang dihantam air.

Transportasi terputus

Banjir yang terjadi kemarin juga sempat membuat arus transportasi antara Kota Medan dan beberapa desa di Kecamatan Sunggal, Deli Serdang, terputus, sebellum akhirnya pulih kembali pada siang hari.

Arus transportasi beberapa desa di Kecamatan Sunggal, seperti Desa Paya Geli, Medan Krio, Sunggal Kanan, dan Sukamaju, sempat terputus total setelah Sungai Belawan, Medan dan Sungai Krio meluap hingga ke ruas Jalan Sei Mencirim dan Jalan Sunggal Kanan.

Ketinggian air di Jalan Desa Mencirim, tepatnya di sekitar perumahan Lalang Greenland Desa Paya Geli, Kamis pagi sekitar pukul 08.30 WIB mencapai pinggang orang dewasa, atau sekitar 75 cm. Diperkirakan air mulai merendam badan jalan ini sekitar pukul enam pagi.

Akibatnya, kendaraan bermotor baik roda dua maupun roda empat tidak berani melintas. Warga sekitar lokasi banjir ini juga memblokir jalan dengan menempatkan bangku-bangku panjang di tengah jalan.

Pemblokiran ini untuk mencegah pengendara melintas karena ketinggian air dianggap cukup berbahaya untuk dilintasi.

Sementara, menurut beberapa warga, luapan banjir Sungai Belawan sudah memutuskan jalur transportasi antara Sunggal (Medan) dengan Desa Sunggal Kanan (Deli Serdang) sejak pukul 04.00 WIB. Air sudah melimpas ke permukiman penduduk di sepanjang bantaran (Daerah Aliran Sungai) dengan ketinggian mencapai hampir satu meter.

Akibat terputusnya jalur transportasi ini, para komuter (pekerja dan pelajar ulang-alik ke Medan) gagal berangkat ke tempat bekerja dan sekolah masing-masing.

Penduduk Paya Pasir, Benny, menyatakan, dia gagal ke tempatnya bekerja meski sudah siap berangkat sejak pagi sebagaimana biasanya. Ini karena baik jalur transportasi utama yang biasa dilaluinya, yaitu Jalan Sei Mencirim dan jalur alternatif (Jalan Sunggal Kanan/PAM Sunggal) tidak bisa dilintasi.

Meski demikian, tetap ada warga yang nekad melintasi Jalan Sei Mencirim, baik untuk bekerja maupun bersekolah. Mereka umumnya mendorong sepedamotornya untuk melintasi banjir bandang ini. Tetapi, tidak sedikit pula sepeda motor yang akhirnya mogok di tengah banjir akibat aksi nekad tersebut.

Dampak lain dari terputusnya arus transportasi ini, ratusan masyarakat, terutama pelajar dari semua jenjang pendidikan—mulai SD hingga SMA—terpaksa berjalan kaki menuju sekolah masing-masing. Pemandangan ini antara lain terlihat di sepanjang ruas Jalan Sei Mencirim di Desa Sukamaju, Medan Krio, dan Paya Geli.

Salah seorang warga korban banjir, Wahidin, yang juga Ketua PMK Medan Sunggal menyebutkan, warga korban banjir sangat membutuhkan posko kesehatan, selain posko bantuan lainnya, untuk mengantisipasi merebaknya penyakit pascabanjir. Di Perumahan BKN Jalan TB.

Simatupang, warganya meminta kepada pihak BKN untuk segera membangun kembali tanggul yang jebol di belakang gedung tersebut dan menggenangi seluruh rumah di komplek tersebut. Di Desa Payageli, akses Jalan Sei Mencirim sepanjang beberapa kilometer tidak dapat dilalui kendaraan roda empat maupun roda dua hingga siang hari.

Ketinggian air menurut warga saat air Sungai Belawan meluap mencapai dada orang dewasa dengan arus yang cukup deras. Arus lalu lintas dari Medan tujuan Binjai maupun sebaliknya putus total paginya dan mulai agak lancar siang hari. Polisi lalu lintas dibantu warga terus melakukan pengaturan guna menjaga agar kemacatan dapat dihindari.

Hingga Kamis (6/1) petang, bantuan terus berdatangan guna meringankan penderitaan para korban banjir. Ini merupakan peristiwa banjir kedua kalinya. Tahun 2001 lalu, banjir yang melanda desa yang sama dan terjadi saat warga tertidur menewaskan belasan orang. (sk/gas/wan)
Sumber: analisadaily

Tidak ada komentar: