Selasa, 11 Oktober 2011

Istri Gubernur secara simbolis menanam 2000 batang pohon di Bantaran Aliran Sungai Deli Delitua


Ketua PKK Provsu Sutias Handayani Gatot Pujo Nugroho di dampingi Kepala Badan Lingkungan Hidup Provsu Hidayati Msi, secara simbolis menanam 2000 batang pohon di Bantaran Aliran Sungai Deli Delitua, di saksikan Sekcam Delitua, anggota PKK Provsu dan Deliserdang, beserta  masyarakat sekitar, dalam rangka kegiatan Sosialisasi pengelolaan ekosistem Sungai Deli pola DSS Tahun 2011 di Deli Tua Kabupaten Deliserdang, Senin (10/10). ( Berita Sore/Siti Delina  )
MEDAN (Berita): Ketua Tim Penggerak PKK Sumut, Ibu Sutias Handayani Gatot Pujo Nugroho, dalam acara sosialisasi pengelolaan ekosistem Sungai Deli pola DSS Tahun 2011 di Deli Tua Kabupaten Deliserdang, Senin (10/10), tersebut mengharapkan semua warga yang tinggal di sepanjang bantaran sungai Deli agar mencintai Sungai Deli.
Dalam kesempatan tersebut, Sutias juga menanam secara simbolis pohon jenis mahoni dibantaran sungai Deli di Delitua. Kondisi tanggul sungai semakin tergerus, akibat sedikitnya pepohonan yang menahan terjadinya erosi di sekitar daerah aliran sungai tersebut.
“Ibu-ibu, saya harap tidak ada lagi yang buang sampah ke sungai,” kata Sutias usai menanam pohon secara simbolis yang disaksikan oleh, Kepala Badan Lingkungan Hidup Provsu, Sekcam Delitua, Ibu-ibu Pkk Provsu dan Kab Deliserdang, dan  masyarakat sekitar. Karena, menurut Sutias, banyak hal yang akan diperoleh dari sungai yang bersih dan sehat. Selain sehat, juga akan bisa mempercantik tempat tinggal.
Sutias juga berpesan, kepada BLH Sumut, agar dalam pengadaan penanaman pohon di pinggiran sungai tersebut dipikirkan kembali. “Harus memiliki nilai tambah selain pencegahan erosi,” katanya. Misalnya pohon buah yang bisa berumur panjang. Dan bisa menjadi penghidupan bagi warga sekitar, ujarnya.
Hidayati,MSi Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Sumut mengatakan, Pemerintah Jepang sejak tahun 2002 turut serta dalam pelestarian dan pengembangan kawasan aliran sungai Deli. Berbagai sosialisasi dilakukan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat Sumut.Terutama pada pengelolaan sampah yang seharusnya tidak dibuang ke sungai. Melainkan dimanfaatkan untuk hal-hal yang lebih bermanfaat.
“Kerjasama untuk pelestarian kawasan sungai Deli dengan Jepang sudah dilakasanakan sejak lama,” katanya. Selain itu, juga dilakukan pemantauan kualitas air sungai Deli secara rutin.
Keberadaan kualitas air sungai deli akan sangat berpengaruh kepada kualitas hidup masyarakat yang tinggal di sekitar sungai deli. Sehingga dibentuk sentra-sentra disepanjang sungai deli. Fungsi dan tugas sentra dimaksud untuk memberikan penyuluhan kepada warga khususnya warga yang tinggal di bataran sungai deli mulai hulu hingga hilir. Namun difokuskan mulai dari bagaian tengah, dan hilir sungai.
Pencemaran sungai Deli dimulai dari bagian tengah yaitu yang melalui Kabupaten Deliserdang. Warga diminta untuk menghormati air sungai. Sebab kondisi air bersih semakin berkurang akibat banyaknya air tercemar, terutama air sungai. Tingkat pencemaran dibagian tengah dalam kondisi sedang, sedangkan di bagian hilir masuk pada kategori tinggi. Kandungan logam berat lebih banyak.
Antisipasi  peningkatan pencemaran kata Hidayati lebih efisien jika dilakukan dengan lengsung memberikan penyuluhan kepada masyarakat. Sebab, dari hasil percobaan yang sebelumnya dilakukan di kawasan Simalingkar dalam dua minggu pencemaran air menurun. “Itu kita peroleh melalui penyuluhan dan pengambilan sampel air sungai,” Ujar Hidayati.
Kegiatan seperti itu sangat diimpikan BLH Sumut yang ingin kembali  digalakkan. Pengukuran limbah dan penyuluhan rutin akan sanggup menurunkan pencemaran. Dalam sosialisasi yang juga menghadirkan seorang pemerhati lingkungan dari Jepang, Masami. Ia menjelaskan kepada anggota PKK Sumut, maupun PKK  Kecamatan Delitua yang diketuai oleh Wisma Lubis Isteri Camat Delitua.
Dalam paparannya, Masami juga menlakukan demo pembuatan kompos dari sisa makanan, sampah organik. Ia juga menjelaskan betapa berbahayanya membuang sampah ke sungai. Bahkan, sebuah botol minuman mineral yang terbuat dari plastik akan terurai sepenuhnya setelah satu juta tahun. Yang terbuat dari kaleng puluhan tahun, dan plastik asoi akan terurai setelah puluhan bulan.Selain itu, Masami dengan logat berbahasa Indonesia yang kurang fasih membuat sesekali peserta sosialisasi tertawa. Suasana terlihat santai namun tetap fokus.(lin)

Tidak ada komentar: