Jumat, 12 November 2010

Terkait keracunan makanan Polsek Delitua masih belum Pastikan penyebab tewasnya dua kakak beradik

Murid SD Inpres 064032 Jalan Besar Delitua Gang Ba... 

Dinkes Medan Kesulitan Awasi Produk Rumah Tangga

Medan, (Analisa)
Dinas Kesehatan Kota Medan mengaku kesulitan mengawasi produksi rumah tangga yang beredar di kota Medan. Saat ini, Dinkes Medan hanya mampu menerbitkan izin 300 produksi indiustri rumah tangga (PIRT) untuk olahan pangan dan jajanan jalanan.

Hal ini diakui Kepala Bidang Farmasi Dinkes Medan drg Johana melalui Kasi Farmasi Nensira Tarigan, Rabu (10/11). "Kita kesulitan mengawasi olahan jajanan keliling, karena mereka tidak menetap," sebut Nensira.

Begitupun, katanya, jika ditemukan ada makanan yang dicurigai, mereka langsung melaporkan ke Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) untuk disampling. Dia mencontohkan, makanan yang berwarna cerah karena diduga mengandung zat pewarna yang tidak untuk makanan, mengandung formalin dan boraks untuk pengawet yang biasanya dicampur dalam pengolahan bakso dan mie.

Soal kasus tewasnya dua kakak beradik, murid SD di Kecamatan Medan Johor yang diduga akibat keracunan makanan, Nensira tidak memberikan penjelasan secara eksplisit. Menurutnya, produk pangan olahan yang dicurigai tersebut saat ini sudah diserahkan ke BPOM untuk diuji apakah mengandung zat apa.

Kepala Bidang Layanan dan Sertifikasi BPOM Medan Sacramento, pengaruh zat makanan yang mengandung zat berbahaya biasanya tidak langsung mematikan. Kecuali, bahan tersebut mengandung zat kimia yang berdosis tinggi seperti arsen, pestisida dan merkuri. "Kalau makanan itu tercampur pestisida, merkuri atau arsen dengan dosis tinggi, kemungkinan bisa mematikan langsung. Tapi, kalau hanya mengandung formalin tidak mematikan langsung, karena bersifat kronik," jelas Sacramento.

Mikroba

Sedangkan Direktur Jaringan Kesehatan Masyarakat (JKM) Medan dr Delyuzar SpPA menambahkan, kasus keracunan makanan yang mematikan langsung kemungkinan besar makanan itu tercemar mikroba. "Biasanya tanda-tandanya korban muntah-muntah dan kejang-kejang serta sesak napas. Tapi, kalau zat makanan tidak langsung mematikan karena berlangsung lama dan kronik," sebut Delyuzar.

Begitupun menurutnya, kasus ini patut menjadi pelajaran bagi semua sekolah dan orangtua.

Untuk itu, dia mengimbau, seluruh sekolah yang ada harus mengawasi jajanan di seputaran sekolah. "Karena itu tanggungjawab sekolah," jelasnya.

Sedangkan para orangtua diharapkan memberikan pendidikan kepada anak untuk tidak jajan sembarangan terutama olahan makanan yang mengandung zat berbahaya, pengolahan pangan yang tidak bersih dan lain-lain.

Kepala Puskesmas Medan Perjuangan dr Alrina menjelaskan, mereka tetap ada penyuluhan ke kantin sekolah. Diakuinya, secara kasat mata lebih banyak penjual memakai zat pewarna berbahaya.

Sejauh ini, makanan di dalam kantin sekolah bisa diawasi. Tapi, di luar sekolah sulit diatasi. Bahkan mereka juga tidak bisa menarik peredaran makanan itu kalau ditemukan adanya zat berbahaya. "Karena untuk menarik peredaran itu kerja BPOM," katanya.

Di jajaran Puskesmas Medan Perjuangan, mereka memantau rutin 35 SD dan 13 SMP serta 14 SMA yang diawasi.

Belum pastikan

Polsek Delitua masih belum bisa memastikan penyebab tewasnya dua kakak beradik warga Jalan Bangun Sari Lorong II Kelurahan Kedai Durian Kecamatan Medan Johor yang diduga menjadi korban keracunan makanan.

"Soalnya sampel muntahan dan sisa makanan yang dikirim ke Labfor Medan belum diterima. Kita masih menunggu hasil sampel tersebut. Paling lama seminggu baru kita ketahui hasilnya," kata Kapolsek Delitua Kompol SP Sinulingga melalui Kanit Reskrim Iptu Semion Sembiring kepada wartawan di ruang kerjanya, Rabu (10/11).

Dia menyebutkan, pihak keluarga juga sudah kita undang ke Polsek Delitua, namun mereka belum datang. "Mungkin keluarga masih dalam keadaan berduka. Jadi tidak bisa kita paksakan untuk datang," ungkap Semion.

Sementara di kediaman rumah korban yang tewas diduga keracunan makanan tersebut datang petugas Balai POM Medan. Informasi di lapangan menyebutkan, kedatangan petugas Balai POM Medan tersebut ingin menelusuri makanan bakso yang santer dikabarkan penyebab meninggalnya dua kakak beradik tersebut.

Namun pihak keluarga keberatan dan membantah kematian kedua anaknya karena makan bakso. Eriyani mengatakan, kedua anaknya tersebut meninggal dunia bukan karena makan bakso. Soalnya sebelum kematian kedua anaknya tersebut ada juga memakan jambu dan ubi goreng. (nai/bara)
Sumber: analisadaily

Murid SD Inpres 064032 Jalan Besar Delitua Gang Ba... 

Tidak ada komentar: