Jumat, 12 November 2010
Penjual bakso warga Gg. Pembela biasa jualan di Yayasan Istiqlal, SD Gg. Aman, SD Gg. Pinang minta dipulihkan namanya
Terkait keracunan makanan Polsek Delitua masih bel...
Murid SD Inpres 064032 Jalan Besar Delitua Gang Ba...
Berulang kali, Halimatussadiah (37) menitikkan air mata. Tak kuasa dia menahan tangis. Baksonya dituduh beracun sehingga menewaskan kakak beradik, Khairunnisa Ramadhani (11) dan Muhammad Usnan Sidiq (7).
Di depan pintu gerbang Yayasan Pendidikan Istiqlal Jalan Stasiun Delitua, ibu dari tiga orang anak ini mengaku sakit hati dengan tuduhan tersebut. Sehari dia tidak berjualan.
"Bukan karena malu, namun ingin menenangkan diri," ungkap perempuan berjilbab yang dituding menjual bakso beracun hingga mengakibatkan tewasnya buah hati pasangan suami istri, Subandi (42) dan Eriani (36).
Dia menuturkan, sudah delapan tahun lebih sejak 2002 dia bersama sang suami, Supardi (43) menggeluti usaha sebagai pedagang bakso kojek. Selama itu juga, belum ada pembelinya komplain ataupun marah karena sakit perut ataupun mengalami hal aneh lainnya.
"Aku tidak mengerti, mengapa bisa kami dapat tuduhan itu? Jika bakso yang kami jual menyebabkan mereka meninggal, tentu pembeli lainnya juga terkena dampaknya. Tolong, tolong bersihkan namaku," ungkapnya kepada Global saat menyambanginya, Kamis (11/11).
Baginya, tuduhan itu makin mempersulit hidupnya yang sudah sulit. Soalnya, setelah suaminya terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di usaha perbengkelan, ia terpaksa menjadi tulang punggung keluarga. Meski seorang perempuan, namun Ima menguatkan diri membawa gerobak bakso ke beberapa lokasi untuk berjualan.
Tiap hari, kecuali Minggu, sekira pukul 09.00 WIB hingga menjelang maghrib, Ima mendatangi Sekolah Dasar (SD) Negeri Inpres di Gang Aman, kemudian berlanjut ke SDN di Gang Pinang, dan terakhir di Yayasan Pendidikan Istiqlal untuk menghabiskan 20 kilo bakso kojek yang dibuatnya tiap hari sebagai mata pencaharian keluarga.
Hasilnya, meski hanya beromzet Rp100 ribu dengan modal Rp70 ribu per hari, namun usahanya itu cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan biaya pendidikan kedua anaknya yang masih duduk di bangku Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP).
"Kami ini orang susah. Karena itulah saya rela berjualan bakso kojek seperti ini. Rumah kami saja peninggalan orang tua dari suami," ucapnya seraya mengatakan ia tinggal di Jalan Pembela, Delitua.
Di tempat terpisah, Kapolsek Deli Tua, Kompol Simon Paulus Sinulingga mengatakan, saat ini belum ada hasil pemeriksaan sampling muntahan kedua pelajar Khairunnisa Ramadhani yang masih duduk di bangku kelas 5 Sekolah Dasar (SD) Negeri Inpres 064032 dan Muhammad Usnan Sidiq (7) kelas 1 SD Negeri Inpres 74.
"Belum ada hasilnya dan juga belum ada yang kita dimintai keterangan, karena keluarga masih berduka. Indikasi awal penyebab kematian masih karena keracunan makanan," sebutnya singkat.
Sumber : harian-global
Terkait keracunan makanan Polsek Delitua masih bel...
Murid SD Inpres 064032 Jalan Besar Delitua Gang Ba...
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar