Catatan Tuanku Luckman Sinar Basarshah-II*
SEJARAH kerajaan –kerajaan di Sumatera Timur, kini mulai digali. Namun, sejauh itu referensi sejarah tersebut masih kurang atau sangat kurang sehingga kita kekurangan bahan untuk membicarakannya. Berikut ini, penulis ingin memaparkan sedikit tentang keberadaan sejarah tersebut yang dikutip dari referensi atau buku-buku yang ada di perpustakaan pribadi penulis.
1290 M. : “Hikayat Raja-raja Pasai” menulis Haru diIslamkan oleh Nakhoda Ismail (Malabar) dan Fakir Muhammad (Madinah) sebelum mereka ke Samudera-Pasai. (Sultan Malikussaleh wafat 1292 M).
1292 M.: “Pararaton” tentang Expedisi Pamalayu Kartanegara (Jawa Timur) juga menyebut menaklukkan “Haru Yang Bermusuhan”.
1310 M.: Fadiullah bin Abd. Kadir Rasyiduddin dalam “Jamiul Tawarikh”, Haru pulih perdagangannya kembali;
1365 M.: “Negarakertagama” mengenai penjajahan Majapahit juga menaklukkan “Haru” (lihat benteng Lalang Kota Jawa dipinggir Sei. Deli (John Anderson1823).
1412 M.: Armada China pp. Laksemana Zeng He (Cheng Ho) membawa Raja Haru Sultan Husin menghadap Kaisar Cina Yung Lo; Selain Kota Cona Haru mempunyai juga Bandar di Medina (=Medan) menurut Laksemana Turki Ali Celebi 1554 M.
1419, 1421, 1423, 1431 M.: Armada Zeng He membawa Raja Haru Tuanku Alamsjah dengan misi dagang ke Cina.
1471-1488 M. : “Sejarah Melayu” Bab-24 menulis :
- Nama Raja Haru Maharaja Diraja bin Sultan Sujak asal dari “yang turun dari batu (Batak?) Hilir dikatakan Hulu, Batu (Batak?) Hulu dikatan Hilir”. Mungkin asal Batak jadi Islam (masuk Melayu);
- HARU dianggap setara dengan Melaka dan Pasai
- Nama Pembesar HARU : Serbanyaman; Raja Purba; Raja Kembat yang berbau Karo.
1521 M. : “Sejarah Melayu” (Variant Version) menceritakan ketika Sultan Mahmud Melaka terusir Portugis 1511 M. dan menetap di Bintan, Sultan Husin dari Haru berkunjung kesana dan kawin dengan Tun Puteh puteri Sultan Mahmud dan ribuan orang Melayu Johor/Riau turut mengantar tinggal di HARU.
1539 M. : Penyerangan Sultan Aceh Alaidin Riayatsjah-I bilad Mahkota Alam (alias Al Qahhar) ke Haru, diceritakan oleh orang Portugis Ferdinand Mendes Pinto dan juga “Hikayat Puteri Hijo” dari Siberaya (lihat Middendorp).
- Benteng di kepung 6 hari (Pinto; HPH)
- Meriam besar yang bertahan (Pinto; HPH adiknya Meriam Puntung) Bantuan Portugis senjata (Pinto; HPH bendera Biru) Aceh menyogok uang emas (Pinto; HPH)
- Sultan Haru Ali Boncar kepalanya dibawa ke Aceh (Pinto)
- Meriam puntung moncongnya di Sukanalu, bila bersatu kembali pertanda Deli makmur (HPH); Meriam Puntung di halaman Istana Maimoon.
- Puteri Hijau = Permaisuri Anche Sini (Anggi Sini?) yang cantik menurut Pinto berlayar ke Melaka minta bantuan Gubernur Portugis (Menurut HPH ia naik Naga Ular Simangombus (Perahu berkepala Naga?);
- Aceh mempergunakan bantuan perajurit asing (Gujarat, Malabar, Hadramaut, Turki bahkan orang Belanda anak buah De Houtman yang ditawan), itu menurut Pinto.
1540 M. : Menurut Pinto : Permaisuri Haru minta bantuan Sultan Aluddin Riayatsyah-II (Imperium Riau-Johor) di Bintan dan lalu kawin dengannya;
- Armada Johor pp. Laksemana Hang Nadim dengan 400 kapal perang mendarat di HARU dan menghancurkan tentera pendudukan Aceh disana.
- Haru berada sekarang dibawah kekuasaan Imperium Melayu Riau-Johor.
- Sultan Johor kirim surat kepada Sultan Aceh dari markasnya di “Siberaya Quendu” mengingatkan Haru sudah ditangannya (menurut Pinto.)
1588 M. : Sultan Aceh Al Qahhar berhasil merebut Haru kembali dari tangan Johor.
- Sultan Aceh mengangkat cucunya SULTAN ABDULLAH menjadi Raja Haru (ia kemudian tewas ketika Aceh menyerang Portugis di Melaka);
- Haru dipecah dua bagian yaitu : Guru (dari Sei.Belawan s/d batas Temiang) dan HARU (Sei. Deli ke Sei.Rokan).
1599-1603 M. : Haru melepaskan diri dari Aceh (Laporan dari Laksemana Perancis Beauleu dan Van Warwyk Belanda). Sultan Aceh Alaidin Riayatsyah-II (Saidi Mukammil) menyerang Haru yang dipertahankan oleh Panglima Guri Merah Miru. Merah Miru telah menabalkan Sultan Imperium Melayu Riau-Johor bernama Sultan Alauddin Riayatsyah-III menjadi Sultan Haru/Guri. (Hikayat Aceh).
- Dikalangan pasukan Aceh tewas Raja Alamsjah (menantu Sultan Saidi Mukammil) dan dia adalah ayah dari Sultan Iskandar Muda.
- Raja Mansyursyah dimakamkan di “Kandang Medan” (Makam Keramat di Sukamulia Medan ?).
- Raja Imperium Melayu Riau-Johor, Sultan Aluddin Riayatsyah-III (alias RAJA RADEN) lari dari markasnya di “Melaka Muda” (Gedong Johor Medan?) menuju pelabuhan Kuala Tanjung naik lancang kuning “Seri Paduka” kembali ke Johor Lama. Banyak wanita dan pengiringnya serta harta benda yang tertinggal dan ditawan oleh Aceh (lihat kuburan tua dan benteng dipertemuan Sei.Deli dan Sei. Babura). Dalam Pasar Malam Agustus 1908 di Medan oleh Sultan Deli dipamerkan intan berlian yang dapat di gali di Gedung Johor Medan.
1612 M. : Haru berganti nama dengan GURI dan berganti nama pula dengan Deli.
Kerajaan Deli berpusat di Deli Tua ini adalah Rajanya Suku Karo merga Karo Sekali dan rakyatnya Suku HARU (lihat keterangan Kejeruan Senembah 1879 kepada Residen Belanda tentang asalnya Si Mblang Pinggol dan Sawid Deli. Kerajaan Deli Suku Karo di Deli Tua itu terus menerus menentang dan berontak terhadap penjajahan ACEH.
1613-1642 M. : Sultan Iskandar Muda Aceh menugaskan panglimanya Tuanku Gocah Pahlawan menindas pemberontakkan Deli Tua itu. Dia akhirnya berhasil mengikat kerjasama dengan Raja Urung Sunggal, Raja Urung XII Kuta Hamparan Perak; Raja Urung Sukapiring dan Raja Urung Senembah sehingga dia lalu diangkat oleh Sultan Iskandar Muda Aceh sebagai Wakil Sultan Aceh di Deli.
Makam Tuanku Gocah Pahlawan ada di Batu Jergok (Deli-Tua).
Dimanakah Pusat Kerajaan Haru?
1. “Negarakertagama” (1365 M) = Lalang Kota Jawa dimana pernah tinggal 5000 pasukan Jawa dipinggir Sei. Deli (lihat laporan JOHN ANDERSON 1823);
2. Peta Cina “Wu-pei-Shih” (1433 M) menurut Giles 3° 47’ Lintang Utara dan 98° 41’ Lintang Timur terletak didepan Kuala Deli, yaitu diseberang Pulau Sembilan (Perak).
3. Sumber Portugis (F. M. Pinto) pusat Haru di sungai “Paneticao” (Sei. Petani/Sei. Deli);
4. “Hikayat Puteri Hijo” di Siberaya (lihat Middendorp) sama orangnya dengan Permaisuri Haru ANCHE SINI (Anggi Sini?) menurut Pinto.
5. Haru punya MERIAM BESAR di beli dari Pasai (Pinto) = Meriam Puntung adik Puteri Hijau (HPH)
6. Ada sogokan uang emas oleh pasukan Aceh sehingga benteng DeliTua kosong (Pinto = HPH).
7. Ada bantuan senjata Portugis (Pinto) = Tentera bendera Biru” (HPH).
8. Puteri Hijau selamat dilarikan adiknya Ular Simangombus via Sei. Deli terus ke Selat Melaka tinggal di bawah laut dekat Pulau Berhala (HPH). Menurut Pinto Permaisuri Haru berlayar naik perahu (berkepala Naga?) ke Melaka minta bantuan Portugis tetapi tidak berhasil, lalu pergi ke Bintan.
9. Ada ditemukan oleh Kontelir Belanda di Deli di sungai Deli dekat benteng Deli Tua sebuah meriam lela yang ada tulisan “Sanat…….03 Balon Haru”(Jika 1103 H = 1539 M. masa penyerangan Sultan Aceh Al Qahhar ke Haru. Meriam lela itu kini ada di Museum Pusat Jakarta.
10. Ditemukan banyak mata uang emas Aceh di benteng Puteri Hijau.
11. Peta-peta kuno asing : Langenes 1598; Polepon 1622; Itinerario 1598 dan lain-lain peta Portugis dan Perancis menunjuk Gori (Guri) = DELI.
12. Ulama Aceh Ar Raniri dalam “Bustanussalatin”(1640 M) menyatakan bahwa GURI itu dahulu bernama HARU.
13. Markas Sultan Imperium Melayu Riau-Johor Sultan Alauddin Riayatsyah-II di Haru (1540 M) ialah di “Siberaya Qendu”.
Demikianlah. Semoga tulisan atau data-data singkat ini dapat menjadi acuan kita dalam membicarakan sejarah kerajaan-kerajaan di Sumatera Timur.
Sumber: WASPADA ONLINE
*Kepala Adat Kesultanan Serdang
Sumber
1 komentar:
Terima kasih tulisannya membuka wawasan saya.
Bepergian wisata sehingga terpapar sinar matahari dan polusi bisa membuat kulit menjadi bermasalah.
Posting Komentar